Salam


Kamis, 27 Juni 2013

U & I

Love
Terik matahari menyambar kota padat penduduk itu. Seorang gadis berjalan sendiri melewati lorong-lorong jalan yang sempit yang biasa ia lalui. Gadis itu bernama Naomi. Wajahnya cantik putih, hidungnya mancung, ada pipit di kedua pipinya, matanya bulat dan rambutnya lurus. Ia selalu mengikat rambutnya menjadi satu di atas. Dahinya selalu tertutup poni yang ia sempong ke samping.

Ia terlihat menyeka dahinya yang telah mengalirkan keringat. Maklum, untuk sampai di tempat tinggalnya ia harus berjalan sekitar setengah meter dari sekolahnya. Sebenarnya akan lebih cepat jika ia pulang naik kendaraan umum, tapi sayangnya ia lebih memilih menabungkan uang sakunya dari pada untuk biaya transportasinya yang memang lumayan mahal itu.

Ia tinggal di apartemen mini hanya bersama kakak laki-lakinya. Seno adalah nama panggilan kakaknya. Seno adalah seorang penyanyi di sebuah grup band yang ia ciptakan belum lama ini. Namun band-nya belum terkenal layaknya band-band yang telah tampil di TV. Ia hanya band indi yang baru terkenal di lingkungan sekitar saja. Meski masih terbilang band baru, penggemar mereka sudah mulai banyak, terlebih penggemar kalangan muda dan gadis-gadis. Pasalnya band yang di beri nama Star Band ini hampir semua anggotanya memiliki wajah yang kece alias cakep.

Seno sebagai vocalis. Ia memiliki paras yang tampan dengan hidung mancungnya. Sama halnya seperti adiknya Naomi, ia memiliki pipit di kedua pipinya. Meski kulitnya sawo matang –berbeda dengan adiknya-, tapi ia terlihat manis ketika tersenyum. Postur tubuhnya tinggi bak seorang model. Di antara anggotanya, Seno-lah yang selalu terlihat ramah dengan para fansnya. Karenanya, hampir semua cewe tergila-gila dengannya.

Riko sebagai gitaris. Ia memiliki wajah yang tak kalah tampannya dengan Seno. Terlebih ia memiliki kulit yang putih. Tubuhnya kurus dan tinggi. Yang membuat fansnya tergila-gila padanya adalah sifatnya yang selalu terlihat cool. Dengan sifatnya yang sedikit pendiam itu, membuat ia terlihat bagai sosok yang misterius. Yang membuat gadis-gadis terpesona olehnya. Ia tipe pria yang jarang sekali tersenyum bahkan tertawa. Dan ketika ia menebar senyumnya, maka gadis-gadis yang melihatnya akan meleleh dibuatnya.

Dewo sebagai bassis. Tampangnya seperti orang culun dengan kacamata yang selalu melekat di wajahnya. Tapi ketika kacamata itu di lepas, akan terlihat sebuah mata yang cantik yang akan membuat iri siapa saja yang melihatnya. Untuk melindungi mata cantiknya itu, ia memutuskan untuk selalu mengenakan kacamatanya. Sebelum mengetahui kelebihan yang di miliki Dewo, jarang sekali yang mau menjadi fansnya. Namun setelah melihat mata indah itu, fansnya selalu meningkat tiap harinya.

Egy sebagai pianis. Ia memiliki tubuh yang kecil di banding teman-teman satu bandnya, namun masih bisa di bilang pas untuk ukuran seorang laki-laki. Kulitnya putih, hidungnya mancung, rambutnya sedikit berantakan layaknya anak band. Tubuhnya memang kecil, tapi makannya sangat banyak. Ia tipe orang yang sangat cerewet. Mulutnya tidak pernah berhenti kecuali makanan muncul di hadapannya.

Dan yang terakhir Dedy sebagai drummer. Dedy adalah anggota Star Band yang paling muda. Pasalnya baru lulus SMA kemarin ia langsung bergabung dengan Star Band. Meski usianya masih muda, tapi keahliannya dalam memainkan drummer tak kalah hebatnya dengan pemain senior yang sudah lebih jago. Ia terbilang pemalu tapi masih suka ngomong. Hanya saja tidak secerewet Egy.

Meski anggota Star Band memiliki berbagai sifat, namun kekompakkan mereka selalu mereka jaga dengan saling terbuka satu sama lain. Meski sejujurnya terkadang ada masalah yang mereka sembunyikan secara personal.

Akhirnya Naomi sampai di apartemen mininya itu. Ia mengeluarkan kunci apartemen di dalam saku roknya. Di masukkannya kunci ke dalam lubang pintu setelah ia berhasil mengambil kunci tersebut.

“Emm,, tidak terkunci.”, tuturnya lirih.

Ini berarti Kakaknya sudah tiba di sana sebelum ia. Naomi masuk tanpa mengucapkan sepatah katapun. Di lihatnya sang kakak dengan semua teman-temannya yang duduk asyik dengan kesibukkan masing-masing. Ia hanya menggelengkan kepalanya.

Seno asyik memainkan ps-an nya bertanding besama Egy yang sedari tadi terus berteriak-teriak karena kecurangan Seno yang terus merebut tik papannya. Sementara Dedy dan Dewo sedang meneliti bassis milik Dewo, entah apa yang sedang mereka teliti, mereka terlihat mengotak-atik bassis itu. Berbeda dengan ke empat teman yang sibuk bersama-sama, Riko cenderung memisahkan diri. Ia sedang asyik menatap buku di hadapannya. Ia sedang menulis sesuatu untuk lagu barunya.

Di bukanya pintu kamar yang sengaja ia gembok. Seno menyadari kedatangan adiknya. Ia menengok sebentar lalu menatap layar Tvnya lagi.

“Loe udah pulang de?”, katanya basa-basi tanpa menatap keberadaan adiknya itu.

Naomi menengok ke arah kakaknya, sementara yang lain menatap kedatangan Naomi. Naomi tersenyum kecut.

“Hai..”, katanya  datar dan sedikit terpaksa. Ia menganggukkan kepalanya dengan tangan terangkat.

Semua mengagguk membalas sapaan Naomi. Naomi berbalik menatap pintu kamarnya yang sudah terbuka. Ia bergegas masuk. Sementara di ujung sana seorang laki-laki yang memegang pensil menatap Naomi tajam. Senyumnya sedikit ia tunjukkan, tapi tetap Naomi tak menyadari itu. Jantungnya berdegup kencang ketika matanya menatap gadis yang sudah ia sukai sejak pertama bertemu.

Dua tahun yang lalu, tanpa sengaja Riko menabrak Naomi saat Naomi membawa beberapa barang belanjaannya. Berkali-kali Naomi mengucap kata maaf padahal bukan dia yang salah. Riko lah yang menabraknya terlebih dahulu, namun naomi yang terus mengucap kata maaf. Naomi terihat sangat menyesal namun Riko hanya bisa menaggapinya dengan kalimat ‘tidak apa-apa’. Saat itu, setelah Riko megucapkan kata itu, Naomi tersenyum manis yang membuat jantung Riko berdetak kencang. Ia telah terpana dengan senyuman Naomi. Senyuman manisnya.

Entah Naomi masih mengingat Riko atau tidak setelah kejadian itu. Pasalnya, setelah mereka bertemu secara resmi dengan di kenalkan oleh Seno, Naomi seakan tidak pernah melihat Riko. Tidak ada kekagetan yang di harapkan Riko saat Naomi melihatnya. Hanya sikap biasa yang ia tunjukkan kepada Riko. Dan Riko hanya bisa bersikap datar seakan belum pernah melihatnya juga sebelumnya.

Meski Naomi tidak megingat kejadian itu, namun Riko merasa senang. Dengan pertemanannya dengan Seno akan membuat mereka sering bertemu walaupun Riko tak bisa melakukan banyak, tapi ia akan senang hanya dengan menatap Naomi. Cintanya semakin hari semakin tumbuh. Dan itu membuatnya merasa sangat bersemangat.

Seno bangkit dari kursinya.

“Mau kemana loe Kak?”, tanya Egy melihat kepergian Seno yang tiba-tiba padahal permainan mereka belum selesai.

“Bentar.”, jawabnya.

Ia berjalan menuju kamar Naomi. Di bukanya pintu kamar Naomi dengan tiba-tiba yang membuat Naomi berteriak.

“Iiihhh kalo masuk ketok pintu dulu kenapa sih!”, tutur Naomi sedikit kesal.

“Sorry, sorry. Lagian ngga di kunci jadi ya gue langsung masuk aja.”, tutur Seno mencoba membela diri.

Naomi hanya diam tak membalas perkataan kakaknya itu. Itu lah kebiasaan buruk kakaknya yang selalu masuk kemana pun tanpa mengetuknya terlebih dahulu kecuali jika ruangan itu sudah terkunci. Ia sudah menghafal sikap buruk kakaknya itu.

“Ada apa?”, tanya Naomi datar. Tangannya masih memegang beberapa buku yang ia keluarkan dari tasnya.

“Loe ngga kemana-mana kan habis ini. Tolong masakin makanan buat kita dong. Kan masakan loe enak. Gue udah belanja kok bahan-bahannya, loe tinggal masak.”, pinta Seno kepada adik tercintanya.

“Terus Kakak mau bayar gue apa kalo gue udah masakkin makanan buat Kakak juga temen-temen Kakak?”, balasnya.

“Ye empyun, gitu aja bayar. Besok deh gue traktir loe.”, sahut sang Kakak sedikit ngga ikhlas.

“Beneran lho? Ini janji loe Kak, jadi kalo gagal gue ngga bakal mau masakin lagi buat loe.”, ancam Naomi.

“Iya-iya, gue tau. Lagian gue bukan tipe orang yang suka ingkar janji kok.”, tutur Seno.

“Okeh. Gue ganti baju dulu.”, tutur Naomi.


Seno hanya menganggukkan kepalanya sambil berlalu meninggalkan kamar Naomi. Setelah menyelesaikan urusannya berganti pakaian, Naomi bergegas menuju dapur. Di lihatnya sebuah kantong kresek besar. Di bukanya kantong kresek itu dan di teliti apa saja isi kantong itu. Tangan Naomi mulai tergerak melihat bahan-bahan masakan di hadapannya. Kompor mulai di nyalakan. Ia sibuk dalam dunianya.

*To be continued...